Kamis, 14 Januari 2016

muhassabah jum'at 15 januari 2016

diceritakan kembali untuk bahan renungan dan muhassabah sehingga kita bisa bertambah tawadu, rendah hati dan rajin bersyukur dan berbaik sangka terhadap semua keputusan yang Alloh S.w.t berikan amiiien.
sumber cerita dari : Al-Habib Muhsin Basyaiban on FB


Dikisahkan seorang ulama besar ber nama  Al Imam Fakhrul Wujud dan seorang ibu tua 



Suatu hari seorang ibu tua mendatangi rumah Al Imam Fakhrul Wujud Syeikh Abi Bakar bin Salim ra. Maksud kedatangan ibu tua itu adalah untuk memberikan semangkuk bubur gandum kepada Al Imam Fakhrul Wujud. ibut tua  itu telah membuat bubur tersebut semalam suntuk, khusus untuk diberikan kepada Al Imam Fakhrul Wujud. Ketika ibu tua itu sampai di depan pintu rumah Al Imam Fakhril Wujud, maka penjaga pintu berkata, “Ibu mau kemana?”, ibu tua itu berkata, “Aku ingin menghadiahkan semangkuk bubur ini untuk Al Imam Syeikh Abi Bakar bin Salim (Al Imam Fakhrul Wujud).” Maka penjaga itu berkata, “Wahai ibu tua , lebih baik makanan ini anda sedekahkan saja kepada para fuqara, karena setiap hari di dapur Al Imam Fakhrul Wujud selalu dipenuhi dengan sembelihan kambing dan berbagai macam makanan yang dimasak setiap harinya.” ibu tua itu pun merasa kecewa, namun menyadari apa yang telah dikatakan oleh penjaga itu, karena pastilah semangkuk bubur itu tidaklah ada artinya bagi Al Imam Fakhrul Wujud.

Ia pun kemudian pergi, meninggalkan rumah Al Imam Fakhrul Wujud. Al Imam Fakhrul Wujud adalah seorang yang memiliki firasat yang sangat tajam. Saat itu Al Imam Fakhrul Wujud sedang duduk bersama para tamunya. Tiba-tiba saja beliau keluar dan berlari untuk mengejar wanita yang tadi mendatangi rumahnya, seraya memanggil, “Wahai ibu! Apa yang engkau bawa?” Penjaga pintu itu kaget dan terheran, karena baru pertama kali ini ia melihat Al Imam Fakhrul Wujud berlari. Maka ibu tua itu berkata, “Wahai Imam, aku membawa semangkuk bubur ini, yang kubuat semalaman hanya untuk kuberikan kepadamu, namun penjagamu mengatakan bahwa semangkuk bubur ini, tidaklah berarti untukmu, karena di dapur rumahmu telah dipenuhi banyak sekali makanan yang lebih baik. Maka sebaiknya bubur ini kusedekahkan saja kepada fakir miskin.” Beliau berkata: “Wahai Ibu, maafkanlah penjaga pintu itu, karena ia tidak tau kesukaanku. Ketahuilah! Tidak ada hadiah yang lebih membuatku gembira, selain hadiah bubur darimu ini, semoga Allah membalas kebaikanmu.” Al Imam Fakrul Wujud atau Syeikh Abi Bakar bin Salim pun menerima makanan itu dengan gembira lalu Beliau memberikan kepada ibu tua itu 1000 dinar. ibu tua itupun berbunga-bunga hatinya, bukan karena uang 1000 dinar yang ia terima, tetapi karena Al Imam (Syeikh Abi Bakar bin Salim) mau menerima hadiah darinya yang tidak seberapa tersebut. Al Imam Fakhrul Wujud atau Syeikh Abi Bakar bin Salim kembali kepada penjaganya dan berkata: “Tahukah Engkau bahwa ibu tua  itu telah bersusah payah membuatkan makanan ini untukku, walaupun hanya sedikit. Maka seperti itulah keadaanku di hadapan Allahu shubhânahu wa ta‘âlâ, yang mana aku telah beribadah semampuku namun tidak ada artinya di hadapan Allah, dan jika engkau mengusir ibu tua  itu, bagaimana jika nantinya jika aku terusir dari rahmat Allah S.W.T?”
MasyaAllah Tabarakallah, betapa banyak hikmah yang dapat kita petik. Usaha dan kesusah-payahan kita dalam beribadah dan ta’at kepada Allah SWT, tidak akan pernah sia-sia. Meskipun Allah SWT tidak butuh sama sekali dengan ibadah kita, namun ingatlah bahwa kita adalah hamba yang sangat butuh kepada Allah SWT dan Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Bersyukur, Allah SWT adalah Dzat Yang Tidak Suka Menyianyiakan amal ibadah hamba-Nya. Allahumma Sholli wa Sallim ‘ala Muhammad! ALLAHU AKBAR!!!