diceritakan kembali untuk bahan renungan dan muhassabah sehingga kita bisa bertambah tawadu, rendah hati dan rajin bersyukur dan berbaik sangka terhadap semua keputusan yang Alloh S.w.t berikan amiiien.
sumber cerita dari : Al-Habib Muhsin Basyaiban on FB
Dikisahkan seorang ulama besar ber nama Al Imam Fakhrul Wujud dan seorang ibu tua
sumber cerita dari : Al-Habib Muhsin Basyaiban on FB
Dikisahkan seorang ulama besar ber nama Al Imam Fakhrul Wujud dan seorang ibu tua
Suatu hari seorang
ibu tua mendatangi rumah Al Imam Fakhrul Wujud Syeikh Abi Bakar bin Salim ra.
Maksud kedatangan ibu tua itu adalah untuk memberikan semangkuk bubur gandum
kepada Al Imam Fakhrul Wujud. ibut tua itu telah membuat bubur tersebut semalam
suntuk, khusus untuk diberikan kepada Al Imam Fakhrul Wujud. Ketika ibu tua itu
sampai di depan pintu rumah Al Imam Fakhril Wujud, maka penjaga pintu berkata,
“Ibu mau kemana?”, ibu tua itu berkata, “Aku ingin menghadiahkan semangkuk bubur
ini untuk Al Imam Syeikh Abi Bakar bin Salim (Al Imam Fakhrul Wujud).” Maka penjaga itu berkata, “Wahai
ibu tua , lebih baik makanan ini anda sedekahkan saja kepada para fuqara, karena
setiap hari di dapur Al Imam Fakhrul Wujud selalu dipenuhi dengan sembelihan kambing dan berbagai
macam makanan yang dimasak setiap harinya.” ibu tua itu pun merasa kecewa, namun
menyadari apa yang telah dikatakan oleh penjaga itu, karena pastilah semangkuk
bubur itu tidaklah ada artinya bagi Al Imam Fakhrul Wujud.
Ia pun kemudian pergi,
meninggalkan rumah Al Imam Fakhrul Wujud. Al Imam Fakhrul Wujud adalah seorang
yang memiliki firasat yang sangat tajam. Saat itu Al Imam Fakhrul Wujud sedang
duduk bersama para tamunya. Tiba-tiba saja beliau keluar dan berlari untuk
mengejar wanita yang tadi mendatangi rumahnya, seraya memanggil, “Wahai ibu!
Apa yang engkau bawa?” Penjaga pintu itu kaget dan terheran, karena baru
pertama kali ini ia melihat Al Imam Fakhrul Wujud berlari. Maka ibu tua itu
berkata, “Wahai Imam, aku membawa semangkuk bubur ini, yang kubuat semalaman
hanya untuk kuberikan kepadamu, namun penjagamu mengatakan bahwa semangkuk
bubur ini, tidaklah berarti untukmu, karena di dapur rumahmu telah dipenuhi
banyak sekali makanan yang lebih baik. Maka sebaiknya bubur ini kusedekahkan
saja kepada fakir miskin.” Beliau berkata: “Wahai Ibu, maafkanlah penjaga pintu
itu, karena ia tidak tau kesukaanku. Ketahuilah! Tidak ada hadiah yang lebih
membuatku gembira, selain hadiah bubur darimu ini, semoga Allah membalas
kebaikanmu.” Al Imam Fakrul Wujud atau Syeikh Abi Bakar bin Salim pun menerima makanan itu dengan
gembira lalu Beliau memberikan kepada ibu tua itu 1000 dinar. ibu tua itupun
berbunga-bunga hatinya, bukan karena uang 1000 dinar yang ia terima, tetapi
karena Al Imam (Syeikh Abi Bakar bin Salim) mau menerima hadiah darinya yang tidak seberapa tersebut. Al
Imam Fakhrul Wujud atau Syeikh Abi Bakar bin Salim kembali kepada penjaganya dan
berkata: “Tahukah Engkau bahwa ibu tua itu telah bersusah payah membuatkan makanan
ini untukku, walaupun hanya sedikit. Maka seperti itulah keadaanku di hadapan
Allahu shubhânahu wa ta‘âlâ, yang mana aku telah beribadah semampuku namun
tidak ada artinya di hadapan Allah, dan jika engkau mengusir ibu tua itu, bagaimana
jika nantinya jika aku terusir dari rahmat Allah S.W.T?”
MasyaAllah
Tabarakallah, betapa banyak hikmah yang dapat kita petik. Usaha dan
kesusah-payahan kita dalam beribadah dan ta’at kepada Allah SWT, tidak akan
pernah sia-sia. Meskipun Allah SWT tidak butuh sama sekali dengan ibadah kita,
namun ingatlah bahwa kita adalah hamba yang sangat butuh kepada Allah SWT dan
Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Bersyukur, Allah SWT adalah Dzat Yang Tidak
Suka Menyianyiakan amal ibadah hamba-Nya. Allahumma Sholli wa Sallim ‘ala
Muhammad! ALLAHU AKBAR!!!